Kamis, 23 Desember 2010

GANGGUAN EMOSI : AFEK DAN MOOD


PEMBAHASAN

GANGGUAN EMOSI
AFEK DAN MOOD
 
A.    Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memeberikan pengaruh pasa aktifitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu fikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik.
Dikaitkan dengan pengertian afek, maka emosi merupakan manifestasi afek keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsung relatif singkat. Kadang-kadang istilah emosi dan afek tidak dibedakan dan dipakai bersama-sama.
Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek:
a.       Euforia; Emosi yang menyenangkan, masa riang, senang gembira, bahagia yang berlebihan dan bila tidak sesuai keadaan, hal ini menunjukan adanya gangguan jiwa. Orang yang eforia biasanya optimis, percaya diri, dan tegas pada sikapnya.
b.      Elasi; Eforia yang berlebihan disertai motorik sering merupakan emosi yang labil dan sering berubah menjadi mudah tersinggung.
c.       Eksaltasi; Elasi yang berlebihan dan biasanya disertai dengan sikap kebesaran (waham kebesaran)
d.      Eklasi (kegaiarahan); gairah yang berlebihan disertai rasa aman, damai, dan tenang biasanya berhubungan dengan perasaan keagamaan yang kuat.
e.       Inappropiate afek (afek yang tidak sesuai), adalah suatu gejala gangguan emosi, dimana dijumpai perbedaan yang jelas antara emosi yang tampak dengan situasi yang menyebabkannya, missal tertawa ketika ada musibah.
f.       Afek yang kaku(rigid) adalah suatu keadaan dimana rasa hati tetap dipertahankan, walau terdapat rangsang yang biasanya menyebabkan reaksi emosiaonal yang berlebihan.
g.      Emosi labil adalah suatu gejala dimana terdapat ketidakstabialan yang berlebihan dan bermacam emosional, cepat berubah emosi yang satu dengan yang lain.
h.      Cemas dan Depresi merupakan gejala yang terllihat dari ekspresi muka atau tingkah laku.
i.        Ambivalensi adalah emosi dan afek yang berlawanan yang timbul bersama-sama pada seseorang, suatu objek atau keadaan, benci tapi rindu.
j.        Apatis yang tumpul dan datar, pengurangan atau tidak ada sama sekali tanda-tanda perasaan afektif.

B.     Mood
Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja, kemarahan dan sebagainya. Suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang alami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain.
1.         Menurut Stuart Laraia dalam Psychiatric
Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaan perasaan/ emosi. Seperti aspek-aspek lain dalam kepribadian, emosi atau mood berperan dalam proses adaptasi. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk komunikasi social, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif, dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
2.         Menurut John W. Santrock dalam Psychology The Science of Mind and Behavior (1990: 490)
Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan(euphoria), dan gerak yang berlebihan(agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti mania sebagai gangguan tipe Bipolar.
3.         Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mentall Ilness (1998: 302)
Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus (tipe).
4.         Buskist Gerbing dalam Psychology Boundaries and Frontiers (1990: 548)
Ganguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi (keceriaan) dan depresi.
5.         Menurut Clinton Nelson dalam Mental health Nursing Practic (1996)
Gangguan mental yang memperlihatkan perubahan suasana perasaan menonjol dan menetap dan bersifat patologis. Sebagian besar gangguan alam perasaan berupa depresi dan mania. Alam perasaan (mood) merujuk pada keadaan emosional internal dari individu, seperti “saya merasa bahagia, saya marah, saya merasa sedih”. Affect merujuk pada tampilan luar dari ekspresi emosi seperti mimic wajah, atau postur tubuh yang menunjukan perasaan sedih atau marah.
Adapun macam dari mood adalah:
1.      Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
2.      Mood eutmik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang tertekan atau melambung.
3.      Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang.
4.      Mood yang iritabel (irritable mood): dengan mudah diganggu atau dibuat marah
5.      Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euphoria dan deperesi atau kecemasan
6.      Mood yang meninggi (elevated mood); suasana keyakinan dan kesenangan; suatu mood yang lebih ceria dari biasanya.
7.      Euphoria: elasi yang kuat dengan persaan kebesaran
8.      Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy); perasaan kegairahan yang kuat
9.      Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis
10.  Anhedonia: hilangnya minat terhadap dab menarik diri dari semua aktivitas rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi
11.  Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
12.  Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang.

C.    Faktor Predisposisi Gangguan Mood
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukan rentang factor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1.      Genetic Factor
Factor genetic dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa gangguan mood. Gangguan tipe bipolar dan mayor depressive terjadi pada keluraga, tetapi fakta menunjukan bahwa yang diturunkan adalah tipe bipolar; dengan kecenderungan sebagai berikut:
v  Salah satu orang tua menderita gangguan mood tipe bipolar; kecenderungan terjadi 25% pada anak
v  Dua orang tua menderita ganguan mood tipe bipolar; kecenderungan terjadi 50-75% pada anaknya
v  Satu monozigote kembar mengalami bipolar; 40-70% kecenderungan terjadi pada kembarannya
v  Satu dizygote kembar mengalami bipolar; kecenderungan 20% terjadi pada saudara kembarnya
v  Satu orangtua mengalami kelianan tipe defensive; 10-13% kecenderungan terjadi pada anaknya.

2.      Aggression Turned Inward Theory
Teori agresi menyerang kedalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Freud depresi adalah agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafasu bawaan yang bersifat merusak (instinc agresif). Untuk beberapa alas an tidak secara langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan serta disertai perasaan berdosa/ bersalah. Perosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan ambivalen terhadap objek yang sangat dicintai. Klien merasa marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaan dan hal ini tidak mampu untuk mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak tepat atau tidak rasional. Misalnya : ia marah pada kekasihnya yang memiliki kekasih selain dirinya. Ia ungkapkan kemarahan pada diri sendiri karena timbul perasaan membenci sekaligus mencintai. Bila hal tersebut dianggap sebagai pemecahan masalah yang adaptif maka seterusnya ia akan menggunakan koping tersebut yang sebenarnya bersikap destruktif.

3.      Object Loss Theory
Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase membutuhkan seseorang yang memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam teori ini adalah: kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai factor predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dala kehidupan setelah dewasa dan perpisahan dalam kehidupan setelah dewasa yang terjadi factor pencetus terjadinya stress.
Fakta untuk model ini pertama kali dilaporkan oleh Spitz yang mendeskripsikan reaksi perpisahan bayi dari ibunya saat berusia 6-12 bulan. Reaksi tersebut adalah sebagai berikut: Kekhawatiran (apprehension), menangis, menarik diri, gerakan psikomotor yang lambat, sedih, dan patah hati, pingsan, kesulitan tidur, tidak nafsu makan, kelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sindroma ini dikenal dengan Analytic depression.

4.      Personality Organization Theory
Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri yang negative dan harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada variable utama dari psikososial, yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu pokok. Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi. Gambaran harga diri yang terancam seringkali memperlihatkan manic atau hippomanic episode. Ancaman terhadap harga diri menimbulkan peran yang miskin, merasakan tingkat yang rendah fungsi kehidupan sehari-hari dan hilangnya identitas diri secara jelas.

5.      Cognitive Model
Model cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang didominasi oleh evaluasi negative seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian yang merugikan, sebagai contoh: seorang suami mengatakan “Ia meninggalkan saya karena saya tidak mampu mencintainya”, tanpa mempertimbangkan alternative lainnya sebagai penyebab, misalnya kepribadian yang tidak cocok, istrinya memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya, Ia hanya dapat berfikir tentang dirinya secara negative dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya, dan atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien depresi didominasi oleh sikap pesimis.

6.      Learned Helplessness Model
Model ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat membantunya, dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya. Keyakinan yang negative tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif, dan ketidakmampuan untuk bersikap asertif pada dirinya dan orang lain.

7.      Behavioral Model
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar social, yang mengasumsi bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini mamandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari factor internal. Mereka menyeleksi, mengorganisir, dan mentransformasikan stimulus yang datang pada dirinya.
Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan lingkungan. Tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna antarsatu dengan yang lainnya. Konsep reinforcement sangat penting dalam pandangannya tentang depresi. Interaksi positif antara individu dengan lingkungan menyediakan reinforcement yang positif. Kurangnya reinforcement yang positif dari lingkungan menyebabkan kesedihan. Asumsi kunci dari model ini adalah rendahnya jumlah reinforcement positif dari lingkungan merupakan factor pendukung terjadinya perilaku depressive.

8.      Biological Model
Model biologic menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang signifikan dapat dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk di dalamnya adalah kelainan dalam elektroloit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari attivasi system syaraf adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinephrine.

9.      Masalah dalam Bounding and Attachment dan Genetik
Gangguan ikatan antara ibu dan anak (mother-child bonding) pada usia dini, sangat penting dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepribadian dikemudian hari. Bila seorang ibu menderita depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu, yang mengakibatkan relasi patologik pada anak. Pengalaman pada awal pertama kehidupan masa kanak-kanak yang menimbulkan trauma psikis, dapat membentuk kepribadian yang rentan untuk mngelami depresi. Mengapa R lebih rentan atau mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan anak-anak lain? Karena sebenarnya banyak yang mendapat perlakuan lebih buruk dari R (pernah dipermalukan atau dikecewakan oleh guru dan teman-teman di sekolah), tetapi mereka tidak sampai depresi. Bila R menjadi depresi, tentu ada sesuatu yang membuatnya menjadi rentan.
Selain hal tersebut diatas yang tidak boleh dilupakan adalah factor genetic. Depresi lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan oleh genetic. Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami depresi akan berpeluang 10-15% untuk memilki anak tidak mempunyai riwayat depresi secara genetic, anak-anak akan belajar untuk meniru perilaku depresi dari orangtuanya. Seorang yang sehat kepribadian dan jiwanya bias saja menderita depresi  apabila yang bersangkutan tidak mampu menanggulangi stressor psikososial yang dialami.

D.    Gejala Gangguan Mood Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk jiwa gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah:
v  Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun
v  Nafsu makan dan berat badan menurun
v  Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak menyengkan, misal mimpi orang yang sudah meninggal.
v  Agitasi atau retradasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan motorik)
v  Hilang perasaan senang, semangat, dan minat, meninggalkan hobi
v  Kreatifitas dan produktifitas menurun
v  Gangguan seksual (libido menurun)
v  Fikiran-fikiran tentang kematian dan bunuh diri

Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain, biasanya yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri (diri kepribadian depresif), ciri-ciri:
a.       Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable, tegang dan agitatif.
b.      Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha, lamban, lemah, lesu, atau sering mengeluh sakit ini itu.
c.       Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak, dan menghindari keterlibatan dengan orang lain.
d.      Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.
Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kerentanan remaja mengalami depresi dan bunuh diri, telah dilakukan penelitian terhadap 39000 remaja. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa tolak, keputusasaan, depresi dan bunuh diri telah bergeser, dan dimulai pada usia yang semakin lama semakin dini. Selain itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus depresi dan bunuh diri di masyarakat, erat kaitannya dengan situasi krisis (politik, social, ekonomi, dan moral), penganggura, kemiskinan, persaingan yang keras dan kriminalitas. Dalam beberapa dekade terakhir ini telah terjadi erosi besar-besaran terhadap keluarga inti. Semakin hari semakin sedikit waktu yang disediakan orangtua untuk anak, berlipat ganda angka perceraian, semakin jarang keluarga ada di rumah dan semakin banyak keluarga yang “menjalankan” sikap tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak dan remaja. Selain itu kita dapat menyaksikan peningkatan individualism, lenyapnya keyakinan yang lebih menyebabkan hilangnya sumber penopang dari kekalahan atau kegagalan.
Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri adalah bunuh diri (sucide), sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya. Angka bunuh diri pada remaja di AS dalam satu tahun antara 1,7-5,9% dan untuk selama hidup antara 3,0-7,1%. Diperkirakan 12% dari kematian pada kelompok anak dan remaja di AS disebabkan karena bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri pada anak belum diketahui besar angkanya.




SEMOGA BERMANFAAT!!  ^_^x

pathway Gagal Ginjal Kronik

Minggu, 05 Desember 2010

ASKEP MASEKTOMI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Ca. Mammae adalah kanker yang relatif sering dijumpai dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia 45 dan 64 tahun.Ca. Mammae merupakan penyakit yang mengancam atau semua wanita dapat beresiko untuk terkena kanker payudara ini, tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara sebaliknya faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.Bebrapa gambaran kanker payudara menunjang prognolisnya, secara umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya, karsinoma payudara bukan semata-semata keadaan patologis yang terjadi hanya dalam semalam, tetapi membutuhkan + 2 tahun agar bisa terabaPemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami ca. mammaaae adalah yang spedifik berhubungan dengan diagnosis, tumor, terlebih tumor yang diduga / dinyatakan ganas, peran perawat sangat penting dalam meningkatkan merehabititasi dan mengkoordinasikan klien terhadap keadaan kesehatan
1.2  Rumusan dan Pembatasan Masalah
a. Rumusan Masalah
      Penulis merumuskan masalah dalam penulisan makalah ini dengan rumusan sebagai berikut :
  1. Apa yang masektomi?
  2. Apa etiologi dari masektomi?
  3. Bagaimana gejala pada masektomi?
  4. Bagaimana patofisiologi masektomi?
  5. Bagaimana komplikasi pada masektomi?
  6. Bagaimana pengobatan pada masektomi?
  7. Bagaimana pencegahan masektomi?

1.3 Pembatasan masalah
Dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai definisi masektomi.etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pencegahan, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, dan proses keperawatan pada klien dengan masektomi.

1.4  Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapat gambaran secara nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan kanker mammae
2. Tujuan Khusus
Mendapat gambaran nyata :
a. Pengkajian klien dengan Ca. Mammae
b. Diagnosa keperawatan dengan Ca. Mammae
c. Rencana keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
d. Intervensi keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
1,5 Manfaat penulisan
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap agar penulis dan pembaca dapat memperluas wawasan mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pencegahan, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang masektomi serta mengetahui proses keperawatan yang harus dilaksanakan pada klien dengan masektomi.
1.6  Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah jenis metode studi kasus untuk mengamati, mengenal serta menganalisa kegiatan atau masalah yang terjadi saat ini dan sekarang melalui wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik, selain itu penulis menggunakan studi dokumentasi pasien dan studi kepustakaan untuk mendapatkan dasar-dasar karena dengan sumber yang berhubungan dengan masalah reproduksi wanita / payudara
1.7 Sistematika penulisan
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terdapat isi laporan ini maka disusun ke dalam Bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN : Latar belakang,Rumusan dan pembatam masalah ,Pembatasan masalah,Tujuan, Manfaat penulisan,Metode Penulisan, Sistematika Penulisan,
BAB II :KAJIAN TEORI:Definisi,
BAB III PEMBAHASAN: Pengertian,Tanda dan gejala,etiologi,patofisiologi,pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan,komplikasi,klasipikasi,
BAB IV : PEMBAHASAN : Diagnosa, Definisi, Faktor Penghambat, Faktor Pendukung, dan Solusi
BAB V : PENUTUP:Kesimpulan,saran.
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar
                        2.1 Definisi Masektomi
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan64 tahun (Elizaberth J. Corwin, 2000 : G67)
Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita, dengan perkiraan 46.000 meninggal pada tahun 1994. (Danielle Gale, RN. MS, 1999 : 127)
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia biasanya ditemukan umur 40-49 tahun dan letak terbanyak dikuadran lateral atas (Mansjoer, 2000 : 283)
                         
      Mastektomi adalah istilah kedokteran bagi operasi pengangkatan satu ataupun kedua payudara, bisa sebagian ataupun seluruhnya. Mastektomi biasa dikerjakan sebagai terapi bagi kanker payudara; pada beberapa kasus, wanita dan beberapa pria mempercayai untuk lebih baik melakukan operasi profiksasis (pencegahan) daripada beresiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Mastektomi juga merupakan prosedur medis untuk mengangkat kanker payudara bagi penderita pria.
Pengobatan kanker payudara pada dahulu kala ialah dengan mengangkat payudara secara keseluruhan. Akhir-akhir ini, keputusan untuk melakukan mastektomi dipertimbangkan berdasarkan factor-faktor, antara lain: ukuran payudara, jumlah massa (benjolan), keagresifitasan dari sel kanker payudara tersebut,  efek dari terapi radiasi, dan kemauan penderita untuk menerima resiko yang lebih tinggi angka kekambuhan setelah dikerjakan lumpectomy dan radiasi.
Indikasi dikerjakan mastektomi:
   Wanita yang telah menerima terapi radiasi pada payudara yang sakit,
    Wanita dengan kanker pada dua area atau lebih pada satu payudara dengan jarak yang terlalu jauh untuk diangkat dengan satu kali pengirisan (incision),
   Wanita yang telah menjalani lumpectomy sebelumnya bersama dengan re-excision namun belum dapat mengangkat kanker secara keseluruhan,
    Wanita yang memiliki kelainan atau penyakit pada jaringan ikatnya, seperti scleroderma, dimana hal tersebut membuat penderita, secara khusus, sensitive terhadap efek dari terapi radiasi,
     Wanita hamil yang masih memerlukan terapi radiasi selama masa kehamilannya, yang bila dikerjakan akan berbahaya bagi janin,
    Wanita yang memiliki tumor dengan diameter lebih besar dari 5 cm yang tidak bisa mengecil dengan terapi tambahan, seperti kemoterapi,
    Wanita dengan kanker yang ukurannya relative lebih besar dari pada ukuran payudaranya,
     Wanita yang terbukti positif pada terjadinya mutasi penghilangan (deleterious mutation) pada gen BRCA1 atau BRCA2 dan mau dikerjakan operasi profilaksis pengangkatan payudara,
    Pria yang terkana kanker payudara.    
Banyak jenis tipe mastektomi yang digunakan pada akhir-akhir ini dan tipe apa yang akan dikerjakakan pada seorang penderita diputuskan berdasarkan beberapa faktor, misalkan: ukuran, lokasi, tingkah laku tumor itu sendiri (jika lebih dari satu), apakah ini merupakan operasi profilaksis atau bukan, dan  apakah penderita menginginkan operasi rekontruksi pada payudara atu tidak.   
Jenis-jenis mastektomi:
  • Simple Mastectomy (Total Mastektomy): pada prosedur operasi ini, keseluruhan jaringan payudara diangkat, tapi kelenjar getah bening yang berada di bawah ketiak (axillary lymph nodes) tidak diangkat. Kadang-kadang sentinel lymph node, yaitu kelenjar getah bening utama, yang lags berhubungan dengan payudara, diangkat juga. Untuk mengidentifikasi sentinel lymp node ahli bedah akan menyuntikkan suatu cairan dan / atau radioactive tracer kedalam area sekitar puting payudara. Cairan atau tracer tadi akan mengalir ketitik-titik kelenjar getah bening, yang pertama akan sampai ke sentinel lymp node. Ahli bedah akan menemukan titik-titik pada KGB (kelenjar Getah Bening) yang warnanya berbeda (apabila digunakan cairan) atau pancaran radiasi (bila menggunakan tracer). Cara ini biasanya mempunyai resiko rendah akan terjadinya lymphedema (pembengkakan pada lengan) daripada axillary lymp node dissection. Bila ternyata hasilnya sentinel node bebas dari penyebaran kanker, maka tidak ada operasi lanjutan untuk KGB. Apabila sebaliknya, maka dilanjutkan operasi pengangkatan KGB. Operasi ini kadang-kadang dilakukan pada kedua payudara pada penderita yang berharap menjalani mastektomi sebagai pertimbangan pencegahan kanker. Penderita yang menjalani simple mastectomy biasanya dapat meninggalkan rumah sakit setelah dirawat dengan singkat . Seringkali, saluran drainase dimasukkan selama operasi di dada penderita dan menggunakan alat penghisap (suction) kecil untuk memindahkan cairan subcutaneous (cairan di bawah kulit). Alat-alat ini biasanya dipindahkan beberapa hari setelah operasi apabila drainase telah berkurang dari 20-30 ml per hari.
  • Modified Radical Mastectomy: Keseluruhan jaringan payudara diangkat bersama dengan jaringan-jaringan yang ada di bawah ketiak (kelenjar getah bening dan jaringan lemak). Berkebalikan dengan simple mastectomy, m. pectoralis (otot pectoralis) ditinggalkan.
  • Radical Mastectomy atau Halsted Mastectomy : pertama kali ditunjukkan pada tahun 1882, prosedur operasi ini melibatkan pengangkatan keseluruhan jaringan payudara, kelenjar getah bening di bawah ketiak, dan m. pectoralis mayor dan minor (yang berada di bawah payudara). Prosedur ini lebih jelek dari pada modified radical mastectomy dan tidak memberikan keuntungan  pada kebanyakan tumor untuk bertahan. Operasi ini, saat ini lebih digunakan bagi tumor-tumor yang melibatkan m. pectoralis mayor atau kanker payudara yang kambuh yang melibatkan dinding dada.
  • Skin-sparing Mastectomy: pada operasi ini, jaringan payudara diangkat dengan irisan konservatif (conservative incision) yang dibuat mengeliligi areola (area kehitaman di sekitar puting susu). Peningkatan jumlah area  kulit yang tersis jika dibandingkan dengan mastectomy secara tradisional, dapat memfasilitasi prosedur dari breast reconstruction (operasi rekonstruksi payudara). Penderita dengan kanker yang juga melibatkan kulit pda payudaranya, tidak tepat untuk menggunakan prosedur operasi ini.
  • Subcutaneous Mastectomy: jaringan payudara diangkat, tapi area putting susu (nipple-areola complex) ditinggalkan. Prosedur ini dalam sejarah dikerjakan hanya sebagai profilaksis atau dengan mastektomi pada tumor jinak yang dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kanker pada daerah sekitar putting susu.
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64 tahun (Elizaberth J. Corwin, 2000 : G67)
Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita, dengan perkiraan 46.000 meninggal pada tahun 1994. (Danielle Gale, RN. MS, 1999 : 127)
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia biasanya ditemukan umur 40-49 tahun dan letak terbanyak dikuadran lateral atas (Mansjoer, 2000 : 283)
2.2 Tanda dan Gejala
a. Benjolan atau penebalan pada payudara. Ditemukan pada wanita itu sendiri akan tetapi Kebanyakan ditemukan kebetulan tidak dengan pemerikasaan SADARI
b. Pada tahap lanjut, kulit cekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu nyeri
- Nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah dari putting
- Kulit peau d’orange
- Kulit tebal dengan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
- Ulserasi pada payudara
c. Bila sudah metastasis
- Nyeri pada bahu, pinggang, bahu bagian bawah atau pelvis
- Batuk menetap
- Anoreksi atau BB
- Gang pencernaan
- Pusing, penglihatan kabur dan kepala
d. Pembesaran kelenjar getah bening
(Gale .1991 : 128)
2.3 Etiologi
a. Umur > 30 tahun
b. Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun
c. Tidak kawin dan nulipara
d. Usia menars <12>
e. Usia menepouse > 55 tahun
f. Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara
g. Terapi hormonal lama
h. Mempunyai kanker payudara kontralateral
i. Pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
j. Pernah mengalami radiasi di daerah dada
k. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pad aibu, saudara perempuan Ibu, Sdr perempuan, adik / kakak
l. Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas
(Mansjoer, 2000, 283)

2.4 Patofisiologi
Etiologi yang ada
           
     Sadari
           

Benjolan pada payudara Tidak teraba pada payudara
                                               

Mamografis (USG)
           
Jinak Dicurigai ganas Ganas
                       

     Biopsy

Sel jinak Sel ganas
           

Kanker payudara


Penentuan stadium

Stadium I : Tumor <>
Stadium II : Tumor 2-5 cm, metastasisi ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium III : Tumor > 5 cm, metastasis ke kelenjar getah bening ketiak dan menyebar kekulit / dinding dada
Stadium IV : Metastasis kas
2.5  Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan deteksi dini kanker / tumor. Dilakukan pad wanita berusia diatas 20 tahun.
b. Mamografi., pemeriksaan sinar-X payudara untuk mengidentifikasi kanker sebelum benjolan pada payudara diraba dianjurkan untuk 40 tahun keatas.
c. Pemeriksaan USG untuk membedakan lesi/tumor.
d. Pemeriksaan USG untuk histopatologis yang dilakukan dengan :
1) Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya bila tumor <>
2) Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagai jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm.
2.6 Penatalaksanaan
a. Masektomi atau lumpektomi, dengan diseksi kelenjar getah bening aksila
b. Radiasi atau antiestrogen untuk tumor yang + reseptor estrogennya
c. Rekonstruksi payudara
d. Pemberian konseling dan dukungannya
(J. Corwin, 2000 : 659)
e. Pembedahan / Biopsi
Terjadinya untuk menemukan bila ada masa malignasis dan kanker payudara tersebut. Ada dua jenis prosedur :
1) Prosedur satu tahap dilakukan dengan anastesi umum dengan potongan beku cepat.
2) Prosedur dua tahap dilakukan dengan anastesi lokal dan tersebut dipulangkan kerumah.
f. Terapi Radiasi
Sebagai pengobatan primer untuk kanker payudara tahap satu dan dua
g. Kemoterapi
2 .7 Komplikasi
Dapat metastasis luas. Tempat metastasis antara lain adalah otak paru, tulang, hati dan ovarium. Angka bertahan hidup bergantung pada stadium satadium I (tumor <>
2.8 Klasifikasi
Klasifikasi TNM kanker payudara (AJCC 1992)
TA : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak Terbukti adanya tumor primer
T15 : Kanker in situ
Kanker intraduktal / lobural in situ
Penyakit pengetahuan pada papilla tanpa terasa tumor
T1 : Tumor <>
T1a tumor <>
T1b tumor 0,5-1 cm
T1c tumor 102 cm
T2 : Tumor 2-5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkesta, otot seratus interior tidak termasuk otot pektroralis
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema pear d’orange ulserasi, nodul satelit pada daerah payudara yang sama
T4c T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflammation = mastitis karsinomato E15
Nx : Pembesaran kelenjar regional tak dapat ditentukan
N02 : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila hemolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Mx : Metastasisi jauh tidak dapat dilanjutkan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasisi jauh, termasuk ke kelenjar suprakavikula






BAB III
PEMBAHASAN
A.Proses keperawatan
3.1 Anamnesa
a. Biodata klien : Nama, Umur, Alamat, Nama Suami, Agama, Pendidikan, dan Pekerjaan.
b. Riwayat menstruasi dan menepouse : mens pertama, lama, keluhan yang di alami, menepouse umur berapa, keluhan pada ibu.
c. Riwayat seksual : tentang penyakit yang pernah di alami.
d. Kaji kecemasan adakali perubahan suara ekspresi wajah gelisah.
e. Adakah perubahan aktivitas / istirahat : kelemahan, keletihan, pusing, pucat, kebiasaan tidur.
f. Adakah perubahan pada sirkulasi , TTV, sianosis.
g. Adakah perubahan dalam penampilan : alopesia, lesi cacat, putus asa, perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, depresi.
h. Adakah perubahan eliminasi : perubahan detekasi (darah dan pada feses, nyeri detekasi konsistensi, bising usus) perubahan eliminasi urine (atau) rasa terbakar, mual, muntah, BB menurun.
i. Adakah perubahan pola makan dan minum (cairan).
- Kebiasaan diet buruk (rendah serat : 1 lemak).
- Anoreksia, mual, muntah, BB.
j. Adakah demam, ruam kulit, ulserasi.
k. Adakah perubahan seksual.
- Masalah sexual.
- Perubahan pada tingkat perilaku verbal / non verbal.
- Ketakutan menghadapi seksual.
- Kurang informasi mengenai seksual dan fungsi seksual.
- Adakah rerub dengan orang terdekat.
l. Adakah perubahan interaksi social.
- Adakah dukungan dari orang lain / ornag terdekat.
- Adakah penolakan.
- Keinginan ibu banyak berhubungan dengan orang terdekat / orang lain.
- Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung masalah tingkat fungsi / tanggung jawab
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnosis kanker payudara dan prognosisi atau pengobatan yang tidak pasti.
2. Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan karena payudara seperti hilangnya payudara, kesehatan, penghasilan, pekerjaan inti, hubungan dan harapan hidup.
3. Perubahan pola seksual berhubungan dengan dampak kehilangan payudara/ kehilangan gambaran dan atau proses penyakit terhadap hubungan seksual.
4. Takut berhubungan dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran payudara atau kehilangan karena pengobatan dan pronosisi yang tidak pasti.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kanker payudara dan pilihan pengobatan.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan payudara.
3.3 Perencanaan
  1. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Pertama :
Tujuan : Mengurangi / menghilangkan ansietas setelah dilakukan tindakan keperawatan.
KH : Tingkatan kecemasan menurun dan terpelihara pada tingkat yang dapat diterima.
Intervensi
Kaji tanda dan gangguan mengidentifikasi berat ringannya ansietas.
R/ Membantu dalam mengidentifikasi berat ringannya ansietas.
Gunakan satu sistem pendekatan yang tenang yang meyakinkan.
R/ Meningkatkan kepercayaan terhadap lingkungan.
Lakukan teknik mendengar aktif.
R/ Mendorong pengungkapan perasaan.
Dukungan penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai.
R/ Mekanisme pertahanan membantu dalam koping selama periode stress.
Beri obat untuk menurunkan andietas sesuai kebutuhan.
R/ Meningkatkan kemampuan untuk menguasasi masalah.
Diagnosa Keperawatan Kedua
Tujuan : Klien dapat menerima / mengantisipasi kehilangan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
KH : Pasien mengidentifikasi kehilangan yang nyata dan atau diterima : mendemonstrasikan kemajuan melalui tahapan proses berduka, mengidentifikasi sumber untuk menghadapi kehilangan.
Intervensi :
Fasilitas Proses Berduka
Bantu pasien dalam mengidentifikasi kehilangan dan anjurkan untuk mengungkapkan perasaan tentang hal tersebut.
R/ Memungkinkan ventilasi perasaan.
Bantu dalam mengidentifikasi strategi koping pribadi.
R/ Meningkatkan kemampuan pasien untuk menghadapi penyakit yang mengancam hidup.
Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang penuh harapan dalam hidup.
R/ Meningkatkan kontrol diri terhadap keadaan.
Bantu pasien untuk melengkapi dan mengisi kembali tujuan yang berhubungan dengan hal yang diharapkan.
R/ Meningkatkan kontrol diri terhadap keadaan.
Hindari menutupi kenyataan.
R/ Meningkatkan hubungan saling percaya.
Dorong hubungan terapeutik.
R/ Memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
Dukung kenyataan spiritual.
R/ Memberikan dukungan spiritual dalam membantu menurunkan ansietas.
Diagnosa Keperawatan Ketiga :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam kebutuhan sexual klien terpenuhi.
KH : Pasien / orang terdekat akan kembali untuk mendapatkan kepuasan hubungan seksual.
Intervensi :
Ciptakan hubungan terapeutik atas dasar saling percaya dan saling menghargai dan memberikan privasi dan kepercayaan diri.
R/ Meningkatkan komunikasi terbuka.
Kaji pengaruh penyakit atau pengobatan terhadap seksualitas sesuai kebutuhan.
R/ Memberikan informasi untuk membantu pasien dalam mengatasi pengaruh tersebut.
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan ketakutan dan menanyakan masalahnya.
R/ Memberikan pasien pengetahuan yang dibutuhkan .
Diagnosa Keperawatan Keempat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam rasa takut klien dapat diatasi.
KH : Pasien mengungkapkan metode-metode untuk mengatasi rasa takut terhadap diagnosa kanker.
Intervensi:
Tunjukkan perhatikan pada dan apa yang sedang disampaikan.
R/ Meningkatkan tukar pendapat dengan pasien.
Tunjukkan kesadaran dan sensitivitas emosi.
R/ Memberikan perhatian dan empati pada pasien.
Dengarkan pesan-pesan yang diungkapkannya.
R/ Meningkatkan pemahaman secara penuh terhadap pesan-pesan pasien
Berikan respons yang mencerminkan pemahaman terhadap pesan yang diterima.
R/ Meningkatkan komunikasi dalam tata cara yang sesuai.
Sadar akan keras, tempo, volume, dan perubahan suara.
R/ Meningkatkan komunikasi terhadap pasien-pasien yang dimaksud.
Diagnosa Keperawatan Kelima
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam pengetahuan klien bertambah.
KH : Pasien dapat berperan serta dalam mengambil keputusan tentang pengobatan kanker payudara. Pasien akan mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi kemungkinan efek samping yang timbul.
Intervensi :
Kaji pengetahuan apsien atau keluarga mengenai kanker payudara dan anjurkan pengobatannya.
R/ Memberikan informasi untuk menyusun rencana penyusluhan secara individual.
Jelaskan patofisiologi dari kanker payudara sesuai kebutuhan.
R/ Meningkatkan pemahaman mengenai proses penyakit.
Hindari pemberian janji-janji yang tidak mungkin.
R/ Keyakinan yang kosong meminimalkan kepentingan dari keprihatinan pasien.
Berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai.
R/ Mengembangkan pengambilan keputusan yang sesuai dengan informasi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan Keenam
Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan x 24 jam gangguan citra tubuh dapat diatasi.
KH : Pasien mampu mengatasi kehilangan payudara
Intervensi :
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa kanker payudara, pada identitas pengobatannya, dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup
R/ Meningkatkan penerimaan terhadap perubahan yang terjadi
Evaluasi perasaan pasien mengenai kehilangan payudara, pada identitas seksual, hubungan, dan citra tubuhnya
R/ Meningkatkan kesadaran diri pasien
Bantu pasien untuk memisahkan penampilan fisik dari perasaan makna diri
R/ Meningkatkan citra diri positif
Beri kesempatan pasien terhadap rasa berduka cita atas kehilangan / perubahan bentuk payudara dan untuk mengatasi kehilangan tersebut
R/ Memungkinkan pasien mendapatkan waktu untuk menghadapi kehilangan
3.4 Implementasi
         Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi keperawatan adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikollogi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (La Ode Jumadi Gaffar, Skp. ”Pengantar Keperawatan Profesional” : 65-66)
3.5 Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.















BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Mastektomi adalah istilah kedokteran bagi operasi pengangkatan satu ataupun kedua payudara, bisa sebagian ataupun seluruhnya. Mastektomi biasa dikerjakan sebagai terapi bagi kanker payudara; pada beberapa kasus, wanita dan beberapa pria mempercayai untuk lebih baik melakukan operasi profiksasis (pencegahan) daripada beresiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Mastektomi juga merupakan prosedur medis untuk mengangkat kanker payudara bagi penderita pria.

1.Patofisiologi
Etiologi yang ada
           
     Sadari
           

Benjolan pada payudara Tidak teraba pada payudara
                                               

Mamografis (USG)
           
Jinak Dicurigai ganas Ganas
                       

     Biopsy

Sel jinak Sel ganas
           

Kanker payudara


Penentuan stadium
2.Diagnosa keeperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnosis kanker payudara dan prognosisi atau pengobatan yang tidak pasti.
2. Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan karena payudara seperti hilangnya payudara, kesehatan, penghasilan, pekerjaan inti, hubungan dan harapan hidup.
3. Perubahan pola seksual berhubungan dengan dampak kehilangan payudara/ kehilangan gambaran dan atau proses penyakit terhadap hubungan seksual.
4. Takut berhubungan dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran payudara atau kehilangan karena pengobatan dan pronosisi yang tidak pasti.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kanker payudara dan pilihan pengobatan.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan payudara.
4.2 Saran
a. Ansietas klien berkurang / tidak terjadi
b. Rasa berduka klien dapat diatasi
c. Perubahan pola seksual klien tidak terjadi
d. Rasa takut klien tidak terjadi / tidak ada
e. Pengetahuan klien bertambah tentang informasi yang dibutuhkan (mis : prosedur biepsi)

SEMOGA BERMANFAAT!! ^_^x