BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ca. Mammae adalah kanker yang relatif sering dijumpai dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia 45 dan 64 tahun.Ca. Mammae merupakan penyakit yang mengancam atau semua wanita dapat beresiko untuk terkena kanker payudara ini, tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara sebaliknya faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.Bebrapa gambaran kanker payudara menunjang prognolisnya, secara umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya, karsinoma payudara bukan semata-semata keadaan patologis yang terjadi hanya dalam semalam, tetapi membutuhkan + 2 tahun agar bisa terabaPemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami ca. mammaaae adalah yang spedifik berhubungan dengan diagnosis, tumor, terlebih tumor yang diduga / dinyatakan ganas, peran perawat sangat penting dalam meningkatkan merehabititasi dan mengkoordinasikan klien terhadap keadaan kesehatan
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
a. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah dalam penulisan makalah ini dengan rumusan sebagai berikut :
- Apa yang masektomi?
- Apa etiologi dari masektomi?
- Bagaimana gejala pada masektomi?
- Bagaimana patofisiologi masektomi?
- Bagaimana komplikasi pada masektomi?
- Bagaimana pengobatan pada masektomi?
- Bagaimana pencegahan masektomi?
1.3 Pembatasan masalah
Dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai definisi masektomi.etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pencegahan, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, dan proses keperawatan pada klien dengan masektomi.
1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapat gambaran secara nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan kanker mammae
2. Tujuan Khusus
Mendapat gambaran nyata :
a. Pengkajian klien dengan Ca. Mammae
b. Diagnosa keperawatan dengan Ca. Mammae
c. Rencana keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
d. Intervensi keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
1,5 Manfaat penulisan
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap agar penulis dan pembaca dapat memperluas wawasan mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pencegahan, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang masektomi serta mengetahui proses keperawatan yang harus dilaksanakan pada klien dengan masektomi.
1.6 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah jenis metode studi kasus untuk mengamati, mengenal serta menganalisa kegiatan atau masalah yang terjadi saat ini dan sekarang melalui wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik, selain itu penulis menggunakan studi dokumentasi pasien dan studi kepustakaan untuk mendapatkan dasar-dasar karena dengan sumber yang berhubungan dengan masalah reproduksi wanita / payudara
1.7 Sistematika penulisan
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terdapat isi laporan ini maka disusun ke dalam Bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN : Latar belakang,Rumusan dan pembatam masalah ,Pembatasan masalah,Tujuan, Manfaat penulisan,Metode Penulisan, Sistematika Penulisan,
BAB II :KAJIAN TEORI:Definisi,
BAB III PEMBAHASAN: Pengertian,Tanda dan gejala,etiologi,patofisiologi,pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan,komplikasi,klasipikasi,
BAB IV : PEMBAHASAN : Diagnosa, Definisi, Faktor Penghambat, Faktor Pendukung, dan Solusi
BAB V : PENUTUP:Kesimpulan,saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar
2.1 Definisi Masektomi
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan64 tahun (Elizaberth J. Corwin, 2000 : G67)
Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita, dengan perkiraan 46.000 meninggal pada tahun 1994. (Danielle Gale, RN. MS, 1999 : 127)
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia biasanya ditemukan umur 40-49 tahun dan letak terbanyak dikuadran lateral atas (Mansjoer, 2000 : 283)
Mastektomi adalah istilah kedokteran bagi operasi pengangkatan satu ataupun kedua payudara, bisa sebagian ataupun seluruhnya. Mastektomi biasa dikerjakan sebagai terapi bagi kanker payudara; pada beberapa kasus, wanita dan beberapa pria mempercayai untuk lebih baik melakukan operasi profiksasis (pencegahan) daripada beresiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Mastektomi juga merupakan prosedur medis untuk mengangkat kanker payudara bagi penderita pria.
Pengobatan kanker payudara pada dahulu kala ialah dengan mengangkat payudara secara keseluruhan. Akhir-akhir ini, keputusan untuk melakukan mastektomi dipertimbangkan berdasarkan factor-faktor, antara lain: ukuran payudara, jumlah massa (benjolan), keagresifitasan dari sel kanker payudara tersebut, efek dari terapi radiasi, dan kemauan penderita untuk menerima resiko yang lebih tinggi angka kekambuhan setelah dikerjakan lumpectomy dan radiasi.
Indikasi dikerjakan mastektomi:
� Wanita yang telah menerima terapi radiasi pada payudara yang sakit,
� Wanita dengan kanker pada dua area atau lebih pada satu payudara dengan jarak yang terlalu jauh untuk diangkat dengan satu kali pengirisan (incision),
� Wanita yang telah menjalani lumpectomy sebelumnya bersama dengan re-excision namun belum dapat mengangkat kanker secara keseluruhan,
� Wanita yang memiliki kelainan atau penyakit pada jaringan ikatnya, seperti scleroderma, dimana hal tersebut membuat penderita, secara khusus, sensitive terhadap efek dari terapi radiasi,
� Wanita hamil yang masih memerlukan terapi radiasi selama masa kehamilannya, yang bila dikerjakan akan berbahaya bagi janin,
� Wanita yang memiliki tumor dengan diameter lebih besar dari 5 cm yang tidak bisa mengecil dengan terapi tambahan, seperti kemoterapi,
� Wanita dengan kanker yang ukurannya relative lebih besar dari pada ukuran payudaranya,
� Wanita yang terbukti positif pada terjadinya mutasi penghilangan (deleterious mutation) pada gen BRCA1 atau BRCA2 dan mau dikerjakan operasi profilaksis pengangkatan payudara,
� Pria yang terkana kanker payudara.
Banyak jenis tipe mastektomi yang digunakan pada akhir-akhir ini dan tipe apa yang akan dikerjakakan pada seorang penderita diputuskan berdasarkan beberapa faktor, misalkan: ukuran, lokasi, tingkah laku tumor itu sendiri (jika lebih dari satu), apakah ini merupakan operasi profilaksis atau bukan, dan apakah penderita menginginkan operasi rekontruksi pada payudara atu tidak.
Jenis-jenis mastektomi:
- Simple Mastectomy (Total Mastektomy): pada prosedur operasi ini, keseluruhan jaringan payudara diangkat, tapi kelenjar getah bening yang berada di bawah ketiak (axillary lymph nodes) tidak diangkat. Kadang-kadang sentinel lymph node, yaitu kelenjar getah bening utama, yang lags berhubungan dengan payudara, diangkat juga. Untuk mengidentifikasi sentinel lymp node ahli bedah akan menyuntikkan suatu cairan dan / atau radioactive tracer kedalam area sekitar puting payudara. Cairan atau tracer tadi akan mengalir ketitik-titik kelenjar getah bening, yang pertama akan sampai ke sentinel lymp node. Ahli bedah akan menemukan titik-titik pada KGB (kelenjar Getah Bening) yang warnanya berbeda (apabila digunakan cairan) atau pancaran radiasi (bila menggunakan tracer). Cara ini biasanya mempunyai resiko rendah akan terjadinya lymphedema (pembengkakan pada lengan) daripada axillary lymp node dissection. Bila ternyata hasilnya sentinel node bebas dari penyebaran kanker, maka tidak ada operasi lanjutan untuk KGB. Apabila sebaliknya, maka dilanjutkan operasi pengangkatan KGB. Operasi ini kadang-kadang dilakukan pada kedua payudara pada penderita yang berharap menjalani mastektomi sebagai pertimbangan pencegahan kanker. Penderita yang menjalani simple mastectomy biasanya dapat meninggalkan rumah sakit setelah dirawat dengan singkat . Seringkali, saluran drainase dimasukkan selama operasi di dada penderita dan menggunakan alat penghisap (suction) kecil untuk memindahkan cairan subcutaneous (cairan di bawah kulit). Alat-alat ini biasanya dipindahkan beberapa hari setelah operasi apabila drainase telah berkurang dari 20-30 ml per hari.
- Modified Radical Mastectomy: Keseluruhan jaringan payudara diangkat bersama dengan jaringan-jaringan yang ada di bawah ketiak (kelenjar getah bening dan jaringan lemak). Berkebalikan dengan simple mastectomy, m. pectoralis (otot pectoralis) ditinggalkan.
- Radical Mastectomy atau Halsted Mastectomy : pertama kali ditunjukkan pada tahun 1882, prosedur operasi ini melibatkan pengangkatan keseluruhan jaringan payudara, kelenjar getah bening di bawah ketiak, dan m. pectoralis mayor dan minor (yang berada di bawah payudara). Prosedur ini lebih �jelek� dari pada modified radical mastectomy dan tidak memberikan keuntungan pada kebanyakan tumor untuk bertahan. Operasi ini, saat ini lebih digunakan bagi tumor-tumor yang melibatkan m. pectoralis mayor atau kanker payudara yang kambuh yang melibatkan dinding dada.
- Skin-sparing Mastectomy: pada operasi ini, jaringan payudara diangkat dengan irisan konservatif (conservative incision) yang dibuat mengeliligi areola (area kehitaman di sekitar puting susu). Peningkatan jumlah area kulit yang tersis jika dibandingkan dengan mastectomy secara tradisional, dapat memfasilitasi prosedur dari breast reconstruction (operasi rekonstruksi payudara). Penderita dengan kanker yang juga melibatkan kulit pda payudaranya, tidak tepat untuk menggunakan prosedur operasi ini.
- Subcutaneous Mastectomy: jaringan payudara diangkat, tapi area putting susu (nipple-areola complex) ditinggalkan. Prosedur ini dalam sejarah dikerjakan hanya sebagai profilaksis atau dengan mastektomi pada tumor jinak yang dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kanker pada daerah sekitar putting susu.
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64 tahun (Elizaberth J. Corwin, 2000 : G67)
Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita, dengan perkiraan 46.000 meninggal pada tahun 1994. (Danielle Gale, RN. MS, 1999 : 127)
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia biasanya ditemukan umur 40-49 tahun dan letak terbanyak dikuadran lateral atas (Mansjoer, 2000 : 283)
2.2 Tanda dan Gejala
a. Benjolan atau penebalan pada payudara. Ditemukan pada wanita itu sendiri akan tetapi Kebanyakan ditemukan kebetulan tidak dengan pemerikasaan SADARI
b. Pada tahap lanjut, kulit cekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu nyeri
- Nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah dari putting
- Kulit peau d’orange
- Kulit tebal dengan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
- Ulserasi pada payudara
c. Bila sudah metastasis
- Nyeri pada bahu, pinggang, bahu bagian bawah atau pelvis
- Batuk menetap
- Anoreksi atau BB
- Gang pencernaan
- Pusing, penglihatan kabur dan kepala
d. Pembesaran kelenjar getah bening
(Gale .1991 : 128)
2.3 Etiologi
a. Umur > 30 tahun
b. Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun
c. Tidak kawin dan nulipara
d. Usia menars <12>
e. Usia menepouse > 55 tahun
f. Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara
g. Terapi hormonal lama
h. Mempunyai kanker payudara kontralateral
i. Pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
j. Pernah mengalami radiasi di daerah dada
k. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pad aibu, saudara perempuan Ibu, Sdr perempuan, adik / kakak
l. Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas
(Mansjoer, 2000, 283)
2.4 Patofisiologi
Etiologi yang ada
Sadari
Benjolan pada payudara Tidak teraba pada payudara
Mamografis (USG)
Jinak Dicurigai ganas Ganas
Biopsy
Sel jinak Sel ganas
Kanker payudara
Penentuan stadium
Stadium I : Tumor <>
Stadium II : Tumor 2-5 cm, metastasisi ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium III : Tumor > 5 cm, metastasis ke kelenjar getah bening ketiak dan menyebar kekulit / dinding dada
Stadium IV : Metastasis kas
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan deteksi dini kanker / tumor. Dilakukan pad wanita berusia diatas 20 tahun.
b. Mamografi., pemeriksaan sinar-X payudara untuk mengidentifikasi kanker sebelum benjolan pada payudara diraba dianjurkan untuk 40 tahun keatas.
c. Pemeriksaan USG untuk membedakan lesi/tumor.
d. Pemeriksaan USG untuk histopatologis yang dilakukan dengan :
1) Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya bila tumor <>
2) Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagai jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm.
2.6 Penatalaksanaan
a. Masektomi atau lumpektomi, dengan diseksi kelenjar getah bening aksila
b. Radiasi atau antiestrogen untuk tumor yang + reseptor estrogennya
c. Rekonstruksi payudara
d. Pemberian konseling dan dukungannya
(J. Corwin, 2000 : 659)
e. Pembedahan / Biopsi
Terjadinya untuk menemukan bila ada masa malignasis dan kanker payudara tersebut. Ada dua jenis prosedur :
1) Prosedur satu tahap dilakukan dengan anastesi umum dengan potongan beku cepat.
2) Prosedur dua tahap dilakukan dengan anastesi lokal dan tersebut dipulangkan kerumah.
f. Terapi Radiasi
Sebagai pengobatan primer untuk kanker payudara tahap satu dan dua
g. Kemoterapi
2 .7 Komplikasi
Dapat metastasis luas. Tempat metastasis antara lain adalah otak paru, tulang, hati dan ovarium. Angka bertahan hidup bergantung pada stadium satadium I (tumor <>
2.8 Klasifikasi
Klasifikasi TNM kanker payudara (AJCC 1992)
TA : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak Terbukti adanya tumor primer
T15 : Kanker in situ
Kanker intraduktal / lobural in situ
Penyakit pengetahuan pada papilla tanpa terasa tumor
T1 : Tumor <>
T1a tumor <>
T1b tumor 0,5-1 cm
T1c tumor 102 cm
T2 : Tumor 2-5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkesta, otot seratus interior tidak termasuk otot pektroralis
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema pear d’orange ulserasi, nodul satelit pada daerah payudara yang sama
T4c T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflammation = mastitis karsinomato E15
Nx : Pembesaran kelenjar regional tak dapat ditentukan
N02 : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila hemolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Mx : Metastasisi jauh tidak dapat dilanjutkan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasisi jauh, termasuk ke kelenjar suprakavikula
BAB III
PEMBAHASAN
A.Proses keperawatan
3.1 Anamnesa
a. Biodata klien : Nama, Umur, Alamat, Nama Suami, Agama, Pendidikan, dan Pekerjaan.
b. Riwayat menstruasi dan menepouse : mens pertama, lama, keluhan yang di alami, menepouse umur berapa, keluhan pada ibu.
c. Riwayat seksual : tentang penyakit yang pernah di alami.
d. Kaji kecemasan adakali perubahan suara ekspresi wajah gelisah.
e. Adakah perubahan aktivitas / istirahat : kelemahan, keletihan, pusing, pucat, kebiasaan tidur.
f. Adakah perubahan pada sirkulasi , TTV, sianosis.
g. Adakah perubahan dalam penampilan : alopesia, lesi cacat, putus asa, perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, depresi.
h. Adakah perubahan eliminasi : perubahan detekasi (darah dan pada feses, nyeri detekasi konsistensi, bising usus) perubahan eliminasi urine (atau) rasa terbakar, mual, muntah, BB menurun.
i. Adakah perubahan pola makan dan minum (cairan).
- Kebiasaan diet buruk (rendah serat : 1 lemak).
- Anoreksia, mual, muntah, BB.
j. Adakah demam, ruam kulit, ulserasi.
k. Adakah perubahan seksual.
- Masalah sexual.
- Perubahan pada tingkat perilaku verbal / non verbal.
- Ketakutan menghadapi seksual.
- Kurang informasi mengenai seksual dan fungsi seksual.
- Adakah rerub dengan orang terdekat.
l. Adakah perubahan interaksi social.
- Adakah dukungan dari orang lain / ornag terdekat.
- Adakah penolakan.
- Keinginan ibu banyak berhubungan dengan orang terdekat / orang lain.
- Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung masalah tingkat fungsi / tanggung jawab
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnosis kanker payudara dan prognosisi atau pengobatan yang tidak pasti.
2. Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan karena payudara seperti hilangnya payudara, kesehatan, penghasilan, pekerjaan inti, hubungan dan harapan hidup.
3. Perubahan pola seksual berhubungan dengan dampak kehilangan payudara/ kehilangan gambaran dan atau proses penyakit terhadap hubungan seksual.
4. Takut berhubungan dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran payudara atau kehilangan karena pengobatan dan pronosisi yang tidak pasti.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kanker payudara dan pilihan pengobatan.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan payudara.
3.3 Perencanaan
- Intervensi
Diagnosa Keperawatan Pertama :
Tujuan : Mengurangi / menghilangkan ansietas setelah dilakukan tindakan keperawatan.
KH : Tingkatan kecemasan menurun dan terpelihara pada tingkat yang dapat diterima.
Intervensi
Kaji tanda dan gangguan mengidentifikasi berat ringannya ansietas.
R/ Membantu dalam mengidentifikasi berat ringannya ansietas.
Gunakan satu sistem pendekatan yang tenang yang meyakinkan.
R/ Meningkatkan kepercayaan terhadap lingkungan.
Lakukan teknik mendengar aktif.
R/ Mendorong pengungkapan perasaan.
Dukungan penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai.
R/ Mekanisme pertahanan membantu dalam koping selama periode stress.
Beri obat untuk menurunkan andietas sesuai kebutuhan.
R/ Meningkatkan kemampuan untuk menguasasi masalah.
Diagnosa Keperawatan Kedua
Tujuan : Klien dapat menerima / mengantisipasi kehilangan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
KH : Pasien mengidentifikasi kehilangan yang nyata dan atau diterima : mendemonstrasikan kemajuan melalui tahapan proses berduka, mengidentifikasi sumber untuk menghadapi kehilangan.
Intervensi :
Fasilitas Proses Berduka
Bantu pasien dalam mengidentifikasi kehilangan dan anjurkan untuk mengungkapkan perasaan tentang hal tersebut.
R/ Memungkinkan ventilasi perasaan.
Bantu dalam mengidentifikasi strategi koping pribadi.
R/ Meningkatkan kemampuan pasien untuk menghadapi penyakit yang mengancam hidup.
Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang penuh harapan dalam hidup.
R/ Meningkatkan kontrol diri terhadap keadaan.
Bantu pasien untuk melengkapi dan mengisi kembali tujuan yang berhubungan dengan hal yang diharapkan.
R/ Meningkatkan kontrol diri terhadap keadaan.
Hindari menutupi kenyataan.
R/ Meningkatkan hubungan saling percaya.
Dorong hubungan terapeutik.
R/ Memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
Dukung kenyataan spiritual.
R/ Memberikan dukungan spiritual dalam membantu menurunkan ansietas.
Diagnosa Keperawatan Ketiga :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam kebutuhan sexual klien terpenuhi.
KH : Pasien / orang terdekat akan kembali untuk mendapatkan kepuasan hubungan seksual.
Intervensi :
Ciptakan hubungan terapeutik atas dasar saling percaya dan saling menghargai dan memberikan privasi dan kepercayaan diri.
R/ Meningkatkan komunikasi terbuka.
Kaji pengaruh penyakit atau pengobatan terhadap seksualitas sesuai kebutuhan.
R/ Memberikan informasi untuk membantu pasien dalam mengatasi pengaruh tersebut.
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan ketakutan dan menanyakan masalahnya.
R/ Memberikan pasien pengetahuan yang dibutuhkan .
Diagnosa Keperawatan Keempat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam rasa takut klien dapat diatasi.
KH : Pasien mengungkapkan metode-metode untuk mengatasi rasa takut terhadap diagnosa kanker.
Intervensi:
Tunjukkan perhatikan pada dan apa yang sedang disampaikan.
R/ Meningkatkan tukar pendapat dengan pasien.
Tunjukkan kesadaran dan sensitivitas emosi.
R/ Memberikan perhatian dan empati pada pasien.
Dengarkan pesan-pesan yang diungkapkannya.
R/ Meningkatkan pemahaman secara penuh terhadap pesan-pesan pasien
Berikan respons yang mencerminkan pemahaman terhadap pesan yang diterima.
R/ Meningkatkan komunikasi dalam tata cara yang sesuai.
Sadar akan keras, tempo, volume, dan perubahan suara.
R/ Meningkatkan komunikasi terhadap pasien-pasien yang dimaksud.
Diagnosa Keperawatan Kelima
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam pengetahuan klien bertambah.
KH : Pasien dapat berperan serta dalam mengambil keputusan tentang pengobatan kanker payudara. Pasien akan mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi kemungkinan efek samping yang timbul.
Intervensi :
Kaji pengetahuan apsien atau keluarga mengenai kanker payudara dan anjurkan pengobatannya.
R/ Memberikan informasi untuk menyusun rencana penyusluhan secara individual.
Jelaskan patofisiologi dari kanker payudara sesuai kebutuhan.
R/ Meningkatkan pemahaman mengenai proses penyakit.
Hindari pemberian janji-janji yang tidak mungkin.
R/ Keyakinan yang kosong meminimalkan kepentingan dari keprihatinan pasien.
Berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai.
R/ Mengembangkan pengambilan keputusan yang sesuai dengan informasi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan Keenam
Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan x 24 jam gangguan citra tubuh dapat diatasi.
KH : Pasien mampu mengatasi kehilangan payudara
Intervensi :
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa kanker payudara, pada identitas pengobatannya, dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup
R/ Meningkatkan penerimaan terhadap perubahan yang terjadi
Evaluasi perasaan pasien mengenai kehilangan payudara, pada identitas seksual, hubungan, dan citra tubuhnya
R/ Meningkatkan kesadaran diri pasien
Bantu pasien untuk memisahkan penampilan fisik dari perasaan makna diri
R/ Meningkatkan citra diri positif
Beri kesempatan pasien terhadap rasa berduka cita atas kehilangan / perubahan bentuk payudara dan untuk mengatasi kehilangan tersebut
R/ Memungkinkan pasien mendapatkan waktu untuk menghadapi kehilangan
3.4 Implementasi
Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi keperawatan adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikollogi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (La Ode Jumadi Gaffar, Skp. ”Pengantar Keperawatan Profesional” : 65-66)
3.5 Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mastektomi adalah istilah kedokteran bagi operasi pengangkatan satu ataupun kedua payudara, bisa sebagian ataupun seluruhnya. Mastektomi biasa dikerjakan sebagai terapi bagi kanker payudara; pada beberapa kasus, wanita dan beberapa pria mempercayai untuk lebih baik melakukan operasi profiksasis (pencegahan) daripada beresiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Mastektomi juga merupakan prosedur medis untuk mengangkat kanker payudara bagi penderita pria.
1.Patofisiologi
Etiologi yang ada
Sadari
Benjolan pada payudara Tidak teraba pada payudara
Mamografis (USG)
Jinak Dicurigai ganas Ganas
Biopsy
Sel jinak Sel ganas
Kanker payudara
Penentuan stadium
2.Diagnosa keeperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnosis kanker payudara dan prognosisi atau pengobatan yang tidak pasti.
2. Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan karena payudara seperti hilangnya payudara, kesehatan, penghasilan, pekerjaan inti, hubungan dan harapan hidup.
3. Perubahan pola seksual berhubungan dengan dampak kehilangan payudara/ kehilangan gambaran dan atau proses penyakit terhadap hubungan seksual.
4. Takut berhubungan dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran payudara atau kehilangan karena pengobatan dan pronosisi yang tidak pasti.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kanker payudara dan pilihan pengobatan.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan payudara.
4.2 Saran
a. Ansietas klien berkurang / tidak terjadi
b. Rasa berduka klien dapat diatasi
c. Perubahan pola seksual klien tidak terjadi
d. Rasa takut klien tidak terjadi / tidak ada
e. Pengetahuan klien bertambah tentang informasi yang dibutuhkan (mis : prosedur biepsi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar